JAKARTATERKINI.ID - Pada tanggal 8 Februari, dokter spesialis kedokteran kelautan, konsultan penyelaman, dan hiperbarik di RSUD Kepulauan Seribu, dr. Soeprihadi Soedjono, Sp.KL, Subs Sp. P.H(K), menyatakan bahwa terapi oksigen hiperbarik dapat membantu menyelamatkan luka diabetes dan mencegah amputasi kaki pasien sambil meningkatkan kebugaran mereka.
"Dalam kasus diabetes, selain mendapatkan obat-obatan khusus dari dokter spesialis penyakit dalam, pasien seringkali dimasukkan ke dalam ruang hiperbarik, terutama jika mereka memiliki luka di kaki," ujarnya dalam sebuah diskusi daring yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi DKI Jakarta.
Baca juga : Ahli: Latihan Fisik yang Tepat Bisa Kurangi Sakit Pinggang
Mengenai luka diabetes, dr. Didi menjelaskan bahwa terapi oksigen hiperbarik bekerja dengan menyerang kuman anaerob atau kuman yang berkembang pesat dalam kondisi tanpa oksigen. Hal ini membantu pasien diabetes dengan luka untuk menghindari risiko amputasi.
"Kuman-kuman yang menyebabkan gangren (luka diabetes) adalah kuman anaerob. Oleh karena itu, banyak kasus gangren diabetes yang terselamatkan dengan terapi hiperbarik karena kuman-kuman tersebut mati," katanya.
Terapi oksigen hiperbarik (TOHB) atau sering disebut sebagai HBOT merupakan metode pengobatan yang dilakukan di dalam ruangan dengan tekanan udara yang lebih tinggi dari tekanan udara normal, biasanya lebih dari satu atmosfer.
Baca juga : Cara Aman Menikmati Kopi bagi Penderita GERD
"Di dalam ruangan tersebut, pasien diberikan oksigen murni 100 persen," tambahnya.
Menurut dr. Didi, terapi ini dilakukan dengan menggunakan masker khusus yang disebut 'built in breathing systems' (BIBS), yang memastikan bahwa oksigen hanya terhirup oleh pasien dan tidak ada kebocoran. Tekanan udara yang tinggi membantu mengoptimalkan transportasi oksigen ke seluruh jaringan tubuh.