JT - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalukan terobosan dengan memasukkan sastra ke dalam Kurikulum Merdeka yang bisa digunakan pada mata pelajaran dan pendidikan karakter dari SD sampai SMA dan SMK.
"Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan literasi, memperkaya pengetahuan budaya, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa di Indonesia," kata Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo dalam keterangan di Jakarta.
Baca juga : Airlangga Hartarto Umumkan Pengunduran Diri sebagai Ketua Umum Golkar
Anindito mengatakan karya sastra menjadi bahan ajar yang berharga karena bisa mengundang pembaca untuk menghayati dunia batin tokoh-tokoh yang merasakan dan memahami sesuatu dengan caranya masing-masing.
Karya sastra juga mengupas isu kompleks dan menyajikan perdebatan moral yang mendorong pembaca keluar dari pemikiran hitam-putih dan memikirkan ulang opini serta prasangka yang mungkin tak disadari sebelumnya.
Menurutnya, bila murid sekadar membaca karya sastra tidak cukup. Mereka perlu berdiskusi dan berdebat tentang beragam tafsir terhadap sebuah karya.
Baca juga : 1.585 Orang Dievakuasi Pasca Erupsi Gunung Ruang
Para murid perlu dipandu mengubah tafsir yang mereka pilih ke wahana yang berbeda dari prosa ke puisi atau sebaliknya; dari teks menjadi gambar, drama, atau film; dan dari fiksi menjadi kritik sastra atau karya ilmiah.
Pembelajaran sastra tidak terbatas pada menghafal buku dan siapa penulisnya, berasal dari aliran atau periode apa, dan sebagainya, tetapi menggali nilai-nilai yang ada dalam sebuah karya sastra.