JT - Sekitar 90 persen kapal kontainer mengalami keterlambatan kedatangan di Singapura akibat krisis Laut Merah, meningkat dibandingkan dengan sekitar 77 persen yang tercatat pada 2023, kata Menteri Transportasi Singapura, Chee Hong Tat, dalam tanggapan tertulisnya kepada parlemen baru-baru ini.
Krisis Laut Merah telah memaksa kapal-kapal untuk menggunakan rute yang lebih panjang di sekitar Tanjung Harapan antara Eropa dan Asia. Dampaknya, pelabuhan-pelabuhan di seluruh dunia, termasuk Singapura, menghadapi lebih banyak kedatangan terlambat, ujar Chee pada Selasa (2/7).
Baca juga : Israel Membuang Limbah ke Aliran Air yang Digunakan oleh Warga Palestina
Perusahaan-perusahaan pelayaran mengandalkan Singapura sebagai lokasi pemindahan muatan antarkapal (transhipment) dan memfasilitasi berbagai operasi. Langkah tersebut memperpanjang masa tinggal kapal kontainer di pelabuhan dan menambah waktu tunggu bagi kapal-kapal yang tiba, menyebabkan kemacetan di dermaga peti kemas.
Selain itu, banyak kapal tiba dalam waktu yang berdekatan, memperparah masalah tersebut dengan menyebabkan dampak "penumpukan."
Chee menyatakan bahwa lembaga-lembaga pengelola pelabuhan telah mengaktifkan kembali dermaga dan lahan penyimpanan kontainer tambahan serta akan terus meningkatkan penanganan dalam beberapa bulan mendatang untuk mengantisipasi permintaan.
Baca juga : Putin: Rusia Siap Mengakhiri Konflik Ukraina Secara Total
Throughput kontainer di Singapura meningkat 7,7 persen menjadi 16,9 juta TEU (twenty-foot equivalent unit) antara Januari dan Mei 2024. * * *