JT - Menjelang pemilihan presiden putaran kedua di Iran pada Jumat, kandidat reformis Masoud Pezeshkian unggul atas lawannya yang konservatif, Saeed Jalili, menurut sebuah lembaga jajak pendapat terkemuka di negara itu.
Jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Iranian Students Polling Agency (ISPA), yang berafiliasi dengan Pusat Akademik untuk Pendidikan, Budaya, dan Penelitian (ACECR), menunjukkan bahwa Pezeshkian adalah pilihan favorit untuk memenangkan pemungutan suara putaran kedua.
Baca juga : Dewan HAM PBB Desak Israel Bertanggungjawab Atas Kejahatan di Gaza
Pezeshkian, anggota parlemen veteran sekaligus mantan menteri kesehatan, dan Jalili, mantan negosiator nuklir terkemuka sekaligus kepala badan keamanan tertinggi, akan berhadapan dalam pemilihan pada Jumat setelah memperoleh jumlah suara terbanyak dalam pemungutan suara pada 28 Juni.
Pezeshkian mengantongi 10,4 juta suara di putaran pertama, sementara Jalili tertinggal dengan 9,4 juta suara di tengah jumlah pemilih terendah sejak Revolusi Islam 1979, yakni 40 persen.
Dirilis pada Kamis (4/7), jajak pendapat ISPA terbaru itu dilakukan pada 3 Juli, setelah dua debat presiden yang disiarkan di televisi, melalui wawancara langsung dengan sampel sebanyak 3.606 orang di seluruh Iran. Para responden berusia di atas 18 tahun.
Baca juga : Trump Kembali Bahas Rencana Caplok Greenland Saat Bertemu Sekjen NATO
Pezeshkian diperkirakan akan memperoleh 49,5 persen suara dalam pemilihan putaran kedua tersebut dibandingkan dengan 43,9 persen suara yang kemungkinan akan diperoleh Jalili. Hampir 4,8 persen pemilih belum menentukan kandidat pilihan mereka, menurut jajak pendapat tersebut, yang dapat memengaruhi hasil akhir.
Jumlah pemilih diperkirakan akan mencapai 45 persen, lebih tinggi dibandingkan pemilihan pada 28 Juni. Pada pemilu presiden 2021, ketika Ebrahim Raisi terpilih secara telak, jumlah pemilih mencapai 48,8 persen.