JT - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas merekomendasikan kepada jamaah calon haji Indonesia yang lanjut usia dan berisiko tinggi untuk memilih skema murur demi keselamatan diri mereka di Muzdalifah.
Anwar Abbas menjelaskan bahwa skema murur adalah cara mabit (bermalam) di Muzdalifah dengan tetap berada di atas bus tanpa turun ke tanah, lalu langsung melanjutkan perjalanan menuju tenda Mina setelah wukuf di Arafah. Menurutnya, ini penting untuk menjaga keselamatan jamaah, terutama mengingat kondisi fisik dan keamanan di tempat suci tersebut.
Baca juga : Puncak Arus Mudik di Pelabuhan Bakauheni pada Empat Hari Jepang Lebaran
"Dalam maqashid syariah, ada prinsip hifdzunnafs (menjaga diri), dan skema murur ini adalah upaya untuk memudahkan jamaah, khususnya yang rentan, dalam menyelesaikan ibadah haji mereka dengan aman," kata Anwar Abbas di Makkah, Rabu.
Buya Anwar juga menyambut baik program skema murur yang disiapkan pemerintah Indonesia. Program ini memungkinkan jamaah lansia dan yang berisiko tinggi serta pendampingnya untuk langsung berangkat dari Arafah ke Mina mulai pukul 19.00, menjelang malam.
"Saya kira ini sah dilakukan, mengingat kondisi lapangan dan ketersediaan ruang yang terbatas di Muzdalifah saat ini," tambahnya.
Baca juga : Mensos Tinjau Tamansiswa Yogyakarta untuk Program Sekolah Rakyat
Menurut informasi dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), area Muzdalifah yang tersedia untuk jamaah Indonesia tahun ini mencakup 82.350 meter persegi. Dalam upaya untuk mengurangi kepadatan di tempat tersebut, pemerintah Indonesia menargetkan 55 ribu jamaah calon haji akan menggunakan skema murur. * * *