JT - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Christina Safira Whinie Lestari, mengungkapkan bahwa teknologi inovasi Wolbachia yang masih dalam pengembangan di Indonesia dapat membantu mengurangi populasi vektor dengue.
"Wolbachia adalah bakteri alami yang ada pada 60 persen serangga. Bakteri ini tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain dan tidak menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan," ujarnya di Jakarta, Senin.
Baca juga : Kapolri Listyo Sigit Prabowo Minta Peningkatan Kinerja dan Penggunaan Anggaran Efisien
Christina menjelaskan bahwa Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menghambat replikasi virus dengue, sehingga mengurangi kemampuan nyamuk tersebut dalam menularkan demam berdarah.
Studi kelayakan teknologi Wolbachia telah dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2022 dengan hasil yang signifikan, yaitu penurunan 77 persen kasus demam berdarah dan 86 persen kasus perawatan di rumah sakit.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini berkembang biak dengan cepat di genangan air bersih, dan puncak insiden demam berdarah biasanya terjadi pada musim hujan.
Baca juga : Tujuh Pegawai Kejaksaan di Jawa Tengah Terindikasi Terlibat Judi Daring
Gejala utama demam berdarah meliputi demam tinggi, nyeri kepala berat, nyeri di belakang bola mata, mual, muntah, nyeri ulu hati, rasa linu-linu pada tulang, serta ruam merah.
Christina menambahkan bahwa seseorang dapat terkena demam berdarah berulang kali karena respon imun tubuh tidak sepenuhnya dapat menetralkan virus tersebut.