JT - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa penurunan harga telur ayam tidak berkaitan dengan bantuan pangan untuk penanganan stunting atau kekurangan gizi kronis.
"Ada beberapa spekulasi yang menghubungkan kenaikan harga telur dengan program bantuan pangan. Saya ingin menjelaskan bahwa program bantuan pangan dari Bapanas, bersama ID Food, yang meliputi telur dan daging ayam untuk keluarga yang berisiko stunting, belum dimulai. Kenaikan harga telur yang terjadi hari ini disebabkan oleh kenaikan harga jagung pakan sebulan yang lalu, mencapai Rp9.000 per kg," ujar Arief dalam keterangan di Jakarta pada hari Kamis.
Baca juga : Empat Kota Indonesia Masuk dalam Lima Kota Terpanas di Asia Tenggara
Menurut Arief, harga telur ayam ras dipengaruhi secara signifikan oleh harga jagung pakan. Oleh karena itu, pemerintah telah meluncurkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk jagung pakan dengan harga Rp5.000 per kg, demi menangani harga jagung pakan yang berada di kisaran Rp9.000 per kg.
"Mengenai harga telur dan ayam saat ini, lebih dari 50 persen dipengaruhi oleh harga jagung pakan. Waktu itu, harga jagung mendekati Rp9.000 per kg," tambahnya.
Arief menyebut bahwa pemerintah telah memperhatikan penurunan harga telur ayam di pasar sebagai prioritas, yang ditangani oleh Badan Pangan Nasional.
Baca juga : Mujib Rohmat: Publikasi Optimal PON XXI Aceh-Sumut Penting untuk Kebanggaan Bangsa
Dia juga menyebutkan bahwa pada 5 Maret, harga rata-rata nasional telur ayam ras untuk konsumen mencapai Rp31.589 per kg, sementara harga jagung pakan ternak di tingkat petani rata-rata nasional adalah Rp5.480 per kg.
"Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah melakukan impor melalui Perum Bulog sebanyak 250 ribu ton, yang kemudian disalurkan kepada peternak mandiri kecil setelah verifikasi data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian," ucap Arief.