JAKARTATERKINI.ID - Manajemen PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) merinci tiga faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam mengganti nama halte.
Direktur Pelayanan dan Bisnis TransJakarta, Fadly Hasan, menjelaskan pertimbangan pertama adalah dari segi layanan, dengan tujuan agar pelanggan mendapatkan informasi yang akurat terkait perubahan nama halte yang terkait dengan integrasi.
Baca juga : Satpol PP Jakbar Tertibkan PKL di Area Kota Tua
Contohnya, Halte BNN yang sudah terintegrasi dengan Stasiun LRT Cawang, sehingga namanya diubah menjadi Halte Cawang.
"Faktor kedua adalah akurasi sebagai kota global, di mana perubahan nama halte perlu mengikuti sesuai dengan daerahnya. Sebagai contoh, 'flyover' Jatinegara dengan Stasiun Jatinegara yang sebenarnya satu halte, diberi nama yang sama. Begitu pula Pulogadung 1 dan 2 yang digabung menjadi Pulogadung," ujarnya.
Faktor ketiga terkait netralisasi dengan menghindari penggunaan nama tokoh atau area komersial untuk menghindari potensi tuntutan dari pihak ketiga di masa mendatang.
Baca juga : Pemprov DKI Tebar 10 Ribu Benih Ikan Endemik di Waduk Citra 8
"TransJakarta terus melakukan sosialisasi perubahan nama halte kepada pelanggan melalui media online dan diskusi dengan komunitas serta lembaga," ungkapnya.
Meskipun demikian, pihak TransJakarta menyadari bahwa sebanyak 1,1 juta pelanggan mereka belum tersosialisasi secara menyeluruh.