Editorial
JT - Nama Shin Tae-yong (STY) menjadi perbincangan hangat di media, baik mainstream maupun media sosial, selama sepekan terakhir. Pelatih asal Korea Selatan yang menangani Timnas Indonesia sejak 2019 itu diberhentikan oleh PSSI.
Baca juga : Atletico Bilbao Juara Copa Del Rey 2023/2024
Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, mengumumkan pemutusan kontrak STY pada Senin (6/1), meskipun masa kontraknya masih tersisa hingga 2027 setelah baru saja diperpanjang. Akibat keputusan ini, PSSI wajib membayar kompensasi sebesar Rp88 miliar.
Pemberhentian Shin Tae-yong mengejutkan banyak pendukung Timnas Indonesia. Meski belum menghasilkan trofi, kinerjanya dianggap berhasil mengangkat performa timnas yang sebelumnya terpuruk.
Di bawah asuhannya, Garuda mencatat sejumlah prestasi, seperti menjadi runner-up Piala AFF 2020, peraih medali perunggu SEA Games 2021, runner-up Piala AFF U-23 2023, lolos ke Piala Asia U-20 2023, mencapai babak 16 besar Piala Asia 2023, dan berbagai capaian lainnya, termasuk mendongkrak peringkat FIFA Indonesia dari 173 ke 129.
Baca juga : Mendagri Minta Gubernur Dukung Pelaksanaan PON XXI
Pemecatan STY memicu pro dan kontra. Banyak warganet yang mengecam keputusan PSSI, menyebutnya sebagai langkah keliru, terutama karena lanjutan babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 tinggal dua bulan lagi. Pergantian pelatih dinilai tidak efektif.
Pendukung STY bahkan menyerang akun media sosial PSSI dan mempertanyakan kompetensi penggantinya, Patrick Kluivert, meskipun mantan striker Timnas Belanda itu memiliki pengalaman hebat sebagai pemain.